Background
Latihan pembinaan kondisi fisik atau kesegaran jasmani dewasa ini merupakan salah satu bagian terpenting untuk semua latihan pada setiap cabang olahraga, terlebih pada cabang olahraga atletik. Tujuanya adalah membentuk kondisi tubuh sebagai dasar dalam meningkatkan ketahanan dan kesegaranya, terutama dalam menghadapi kalau atlet harus
tampil di gelanggang pertandingan.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kesegaran jasmani dibutuhkan beberapa latihan yang sesuai, dalam hal ini Jarver (2015:16) mengemukakan bahwa : Dari berbagai klasifikasi latihan jasmani, dimana kesegaran jasmani merupakan komponen penting yang harus dicapai, secara umum dapat dibagi dalam dua kategori.
- Latihan jantung dan pernapasan
- Latihan otot.
Bagi seorang pelari dituntut kemampuanya dalam waktu reaksi (reaction time), akselerasi (acceleration), kecepatan maksimal (maximum speed), dan daya tahan kecepatan (speed endurance). Oleh karena itu unsur-unsur tersebut perlu terus ditingkatkan melalui proses latihan.
Adapun upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diatas, penekanan latihan kondisi fisik tidak hanya terbatas pada bentuk-bentuk latihan kecepatan saja. Namun demikian komponen-komponen kondisi fisik lainya seperti unsur kekuatan juga harus diberikan, seperti yang diungkapkan Sajoto (2014:97) bahwa “meningkatkan kekuatan kaki adalah hal utama untuk meningkatkan panjangnya langkah. Semakin kuat kaki-kaki para pelari, semakin besar tenaga yang dapat digunakan oleh kaki untuk mendorong badan ke depan dari tanah pada setiap langkah”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, jelas bahwa unsur kekuatan pun sangat dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan pelari, karena kekuatan otot-otot kaki dapat meningkatkan kemampuan panjang langkah, serta menunjang kecepatan langkah sebagai dampak kekuatan kaki saat bertumpu/menolak pada lintasan, serta meningkatkan frekuensi langkah.
Sehubungan dengan hal itu perlu diberikan bentuk-bentuk latihan yang mampu meningkatkan unsur-unsur tersebut di atas. Kecepatan menurut Harsono (2001:36) adalah “kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat”. Sejalan dengan pendapat Harsono, Badriah (2002:26) mengemukakan bahwa “kecepatan adalah kemampuan tubuh untuk menempuh atau melakukan gerakan secara berturut-turut dalam waktu yang singkat”. Oleh karena itu kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik dasar yang lazim untuk menunjang keberhasilan seorang atlet dalam menghadapi suatu pertandingan.
Terdapat berbagai macam bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan, ada juga bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan seperti latihan uphill yaitu lari naik bukit untuk meningkatkan dynamic strength dalam otot-otot tungkai, dynamic strength juga bisa dikembangkan dengan lari tahanan dinamis, pasir salju, atau lapangan yang empuk. Selanjutnya Harsono (2001:36) mengemukakan bahwa “bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan adalah 1) Interval training, 2) Lari akselerasi dan diselingi oleh lari deselerasi, 3) Uphill dan downhill, 4) Repetition training, 5) Sprint training, 6) Hollow sprint, 7) Pick-up sprint”. Sesuai dengan tujuannya, setiap bentuk latihan mempunyai ciri-ciri tertentu.
Berkaitan dengan hal ini, Suharno (1993:49) mengemukakan ciri-ciri umum latihan kecepatan sebagai berikut : 1) Harus ada bentuk latihan cyclic dan acyclic, 2) Selalu mengejar waktu yang paling pendek (cepat), 3) Pengukuran waktu mulai dari perangsangan (stimulus) dan jawaban (respons) dari pelatih, 4) Metode yang biasa dignakan ialah interval running, interval training, metode pertandingan (competition method) dan metode bermain kecepatan (speed play).

Pada kesempatan penelitian ini penulis akan membandingkan antara bentuk latihan Uphill (lari naik bukit) dengan Inteval training terhadap peningkatan kecepatan lari. Bentuk latihan Uphill (lari naik bukit) yaitu suatu sistem/bentuk latihan lari yang dilaksanakan di tempat/lintasan (berupa tanah yang berbukit sehingga membentuk tanjakan-tanjakan). Sedangkan Interval training yaitu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat, yang dapat meningkatkan dan mengembangkan daya tahan jantung dan paru-paru yang memaksa tubuh untuk bekerja dalam waktu yang lama. Interval training merupakan cara latihan yang harus dimasukkan dalam progam latihan keseluruhan ataupun suatu sistem latihan untuk melatih daya tahan bisa juga digunakan unutk melatih stamina.
Bentuk latihan ini ditujukan untuk melatih kecepatan lari.atau renang, karena itu, jaraknya di pecah-pecah dalam jarak-jarak pendek agar orang bisa lari dengan kecepatan tinggi. Bertitik tolak dari paparan permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh bentuk latihan Uphill (lari naik bukit) dengan Interval training terhadap peningkatan
kecepatan lari.
Bentuk latihan Uphill (lari naik bukit) dan Interval training dijadikan kajian dalam penelitian ini. Didasarkan pada pemikiran penulis melihat bahwa di wilayah Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Di lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Tasikmalaya, dapat digambarkan bahwa keadaan alam sekitarnya masih terdapat gunung dan bukit, dan juga terdapat lapangan yang cukup luas yang bias digunakan untuk latihan Interval training. Dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian masing-masing bentuk latihan tersebut perlu diteliti perbandingan pengaruh Latihan Uphill dengan Interval training terhadap peningkatan kecepatan lari (Eksperimen pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Sepakbola SMA Negeri 10 Tasikmalaya).
Hasil Penelitian
Terdapat pengaruh yang berarti antara kelompok A dan kelompok B dalam meningkatkan kecepatan lari. Dengan demikian, bahwa latihan uphill lebih berpengaruh yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan lari siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 10 Tasikmalaya. Dari hasil penelitian ini disarankan agar para Pembina dan pelatih olahraga hendaknya selalu mencoba bentuk-bentuk latihan yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai agar hasil latihannya memuaskan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun dan melaksanakan program latihan yang bertujuan meningkatkan kecepatan lari.
Sumber Artikel Penelitian
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/sport/article/view/19-25